Kalimantan Tengah dengan 2,18 juta penduduk, mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok. Peningkatan produksi beras senantiasa diupayakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada tahun 2009 produksi padi di Kalimantan Tengah mencapai 578.761 ton meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 522.732 ton. (BPS Kalteng, 2010)
Penyimpanan merupakan suatu hal yang tak dapat dihindari terkait dengan ketersediaan stok pangan. Susut mutu merupakan masalah yang sering terjadi dalam penyimpanan beras. Menurut Direktorat Penanganan Pasca Panen pada tahun 2007, susut bobot selama penyimpanan gabah/beras sebesar 1,68% (Haryadi, 2010). Jika dikonversikan pada produksi padi Kalteng yang sebesar 578.761 ton, berarti kehilangan selama penyimpanan sebesar 9723,18 ton. Belum lagi susut mutu yang dapat menyebabkan penurunan harga.
Kendala penyimpanan beras, terutama di daerah tropis adalah tingginya suhu dan kelembaban sehingga beras rentan terhadap kerusakan, baik yang disebabkan oleh respirasi biji, adanya infestasi hama maupun cendawan. Salah satu upaya untuk meminimalisir pengaruh lingkungan adalah dengan cara pengemasan yang baik.
Adanya kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya. Kemasan plastik memiliki fungsi pasif melindungi produk yang dikemas terhadap kerusakan yang disebabkan faktor eksternal terkait dengan penanganan, bantingan dan serangan mikro dan makroorganisme (seperti serangga). Film plastik juga melindungi produk dari perubahan komposisi yang disebabkan reaksi enzimatik patogen maupun non patogen seperti oksidasi atau hidrolilsis lipid, browning, degradasi vitamin dll dan terhadap perubahan kelembaban, suhu dan intensitas cahaya (Riudavets et al, 2007). Penggunaan plastik hermetik pada beras pecah kulit menunjukkan bahwa terjadi penurunan kondisi oksigen penyimpanan selama 8 bulan dari 21% turun ke taraf 8-10 % yang berarti dapat menekan populasi serangga hidup, dibandingkan dengan kemasan lainnya (Rahmad, 2009).